TAMBUN SELATAN– Wakil Bupati Bekasi Asep Surya Atmaja mengajak masyarakat untuk lebih mengenal sejarah perjuangan daerah melalui kunjungan ke Museum Gedung Juang 45. Ajakan tersebut disampaikan dalam peringatan Hari Museum Nasional ke-10 yang dirangkaikan dengan Hari Kebudayaan Nasional, berlangsung di Gedung Juang Tambun, Sabtu (1/11/2025) malam.
Wakil Bupati menegaskan Gedung Juang 45 bukan sekadar bangunan bersejarah, tetapi simbol perjuangan masyarakat Bekasi dalam merebut kemerdekaan. Gedung ini pernah dikuasai kekuatan asing pada masa penjajahan, kemudian direbut kembali oleh para pejuang Bekasi yang dipimpin oleh Pahlawan Nasional KH. Noer Alie.
“Sekarang tugas kita adalah melestarikan Museum Gedung Juang ini sebagai cagar budaya sekaligus wisata sejarah. Di dalam gedung ini tersimpan perjalanan Bekasi dari masa kolonial hingga proklamasi kemerdekaan,” kata Wakil Bupati.
Ia mendorong agar Museum Gedung Juang dijadikan destinasi edukasi bagi pelajar. Menurutnya, pengenalan sejarah tidak harus dilakukan lewat perjalanan jauh ke luar daerah, karena Bekasi memiliki sumber pembelajaran sejarah yang lengkap dan autentik.
“Anak-anak mulai dari TK, SD, SMP sampai SMA dapat datang ke sini untuk belajar sejarah secara langsung. Museum ini terbuka untuk kegiatan edukasi,” ujarnya.
Selain itu, Wakil Bupati menyoroti keragaman budaya di Kabupaten Bekasi yang menjadi kekuatan sosial masyarakat. Kabupaten Bekasi, katanya, merupakan daerah yang ditempati berbagai etnis, mulai dari Sunda, Betawi, Jawa hingga masyarakat dari 48 negara yang tinggal karena keberadaan kawasan industri terbesar di Asia Tenggara.
“Kabupaten Bekasi ini sangat majemuk. Di selatan ada adat Sunda, di utara Betawi, dan banyak budaya lain berdampingan. Keberagaman ini adalah pemersatu, bukan pemisah,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disbupora) Kabupaten Bekasi, Iman Nugraha, menjelaskan peringatan Hari Museum Nasional tahun ini diisi dengan ragam kegiatan edukatif dan seni budaya. Salah satunya adalah kolaborasi dengan Museum Wayang Jakarta yang menampilkan pengenalan sejarah dan perkembangan wayang kepada pengunjung.
“Tujuannya adalah memberikan pendidikan sejarah kepada masyarakat, terutama generasi muda. Agar mereka mengenal sejarah Bekasi dan museum-museum yang ada, termasuk Museum Gedung Juang,” ujar Imam.
Selain pameran, setiap malam Gedung Juang juga rutin menggelar pertunjukan seni budaya yang dapat dinikmati masyarakat secara gratis. Seniman vokal hingga seniman jalanan diberi ruang untuk berkarya.
“Kami ingin museum ini menjadi ruang hidup bagi kebudayaan. Pengunjung bisa menikmati sejarah sekaligus pertunjukan seni,” jelasnya.
Ke depan, Disbupora berencana mengembangkan Gedung Juang 45 sebagai museum digital yang lebih interaktif, modern, dan ramah disabilitas. Teknologi dan fasilitas pendukung akan terus ditingkatkan agar museum dapat diakses semua kalangan.
“Digitalisasi museum harus terus kita rawat dan kembangkan agar tetap relevan. Selain itu, kita juga tengah mengkaji fasilitas bagi pengunjung disabilitas, seperti pemandu khusus, media braille, hingga akses bagi tuna rungu,” katanya.
Iman Nugraha berharap dengan semakin aktifnya kegiatan edukasi dan budaya di Museum Gedung Juang 45, kesadaran masyarakat akan sejarah dan identitas lokal semakin kuat.
"Gedung Juang 45 diharapkan tidak sekadar menjadi bangunan bersejarah, tetapi ruang belajar, ruang berkumpul, dan bagian dari kehidupan warga Kabupaten Bekasi sehari-hari," pungkasnya.
Reporter : Ike Sopiah
Editor : Yus Ismail
Berita Lainnya
TERPOPULER BULAN INI
Pengunjung hari ini : 9
Pengunjung Bulan ini : 438643
Total Pengunjung : 4103409